Sesungguhnya aku tak suka berkeras hati seperti ini. Tidak peduli pada banyak hal, tidak juga pada hal-hal yang vital untuk anak kita. Adakah kau tahu bahwa sekali pun keras kepala, aku bukan seorang yang keras hati. Hatiku mudah luluh, hatiku lembut mudah tersentuh. Seorang teman menyebutku polos, teman yang lain menilaiku sangat lugu, tapi sejauh ini belum ada yang melabeliku naif.
Sesungguhnya aku tak ingin mengabaikanmu, mengabaikan berbagai hal yang terjadi dalam rumah kita. Aku sungguh ingin peduli tetapi kenyataan yang kuhadapi membuatku -mau tak mau- harus bersikap yang sama denganmu. Tak peduli!!Keras hati ini membuatku diserang migrain berkali-kali. Diserang putus asa yang datang dan pergi. Dan yang tak kalah penting keras hati kali ini tak membuatku menjadi lebih bersemangat menjalani hari.
Pagi ini, aku tak tahu mengapa menjadi sangat marah dan nyaris dikalahkan oleh kemarahan. Alhamdulillah aku punya logika dan kesadaran yang saling mengingatkan. Ada logika yang mengarahkan pikiranku agar tak bertindak bodoh. Dia mengendalikan lidah, tangan, dan kakiku agar tak kalap dikelabuhi setan pengumbar dendam kemarahan. Ada kesadaran yang lahir dari nurani; kata hati. Keduanya merupakan modalku untuk tetap menjadi manusia yang beretika kala negativitas itu menyerang.
Ada satu hal lagi yang tak kalah penting:sahabat. Mereka menolongku membuka simpul-simpul kesadaran. Benang merah yang Tuhan hubungkan antara aku dan mereka, membuat hidup yang sulit ini terasa agak ringan untuk dijalani. Di titik ini ada ketergantungan, tak mengapa selama aku bisa mengelola ketergantungan dengan benar. Tak apa selama aku tetap sadar bahwa semua orang adalah teman seperjalanan yang datang dan pergi silih berganti. Karena pada dasarnya, kita tetap melangkah sendiri.
Hari ini, kala menahan amarah terasa sangat berat, kala dada terasa sesak, dan air mata tak mampu bertahan di tempatnya..aku menyelam jauh ke dalam hati.Aku merasa tak berdaya ketika kemarahan&kebencian yang disebabkan energi buruk itu membuatku melukai Lintang.Membuatku mengikutsertakan Lintang dalam konflik kami. Tidak bijaksana memang. tapi, aku sungguh tak berdaya. kekuatan yang kupunya tidak konstan sifatnya. Bagaimanakah membuatnya tetap konstan? tak tergoyahkan? supaya aku selalu menggunakan akal sehatku dan tak terpengaruh energi buruk itu?bisakah melangkah dan terus menghadapinya tanpa goyah???? Kuncinya kukira hanya satu: Pengadilan Agama. Andai pengeluaranku bulan ini dan bulan depan tidak menumpuk, mungkin aku bisa menyelesaikan masalah ini dan mengenyahkan energi buruk itu.
Ya, aku menyebutnya energi buruk!sangat buruk!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar