Selasa, 29 Juni 2010

kisah sang pendoa

KISAH SANG PENDOA


Ketika aku memohon kepada Allah sebuah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat

Ketika aku memohon kepada Allah sebuah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk kupecahkan

Ketika aku memohon kepada Allah sebuah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berfikir

Ketika aku memohon kepada Allah sebuah keberanian, Allah memberiku orang bermasalah untuk kutolong

Ketika aku memohon kepada Allah sebuah bantuan, Allah memberiku kesempatan

Aku tidak pernah menerima apa yang aku pinta, tapi aku menerima segala yang kubutuhkan.

Makna Spiritual di Balik Bilangan Satu dan Nol

Ini tentang apa yang kubaca hari ini. Tentang bilangan yang mendasari cara berpikir manusia. Tentang nol dan satu.
Sebelumnya aku tak pernah serius memikirkan ini. Tidak jug mengaitkan berbagai keributan yang muncul akibat perbedaan terutama dalam tubuh Islam dengan angka nol dan satu. Namun, novel Bilangan FU yang ditulis Ayu Utami –yang bagiku sgt mengagumkan, membayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk melakuka riset, menyusun hipotesis, lalu membangun tesis, antitesis, dan sintesis- menarik perhatianku. Analisis yang dia buat tentang bilangan satu dan nol yang menjadi inti falsafah masing-masing agama. Dalam buku ini pula, baru kuketahui bahwa agama semit sama artinya dengna agama langit atau agama samawi. Dulu, kukira agam semit hanyalah sebutan untuk mereka yang memeluk agama Yahudi. Payah betul, untung aku tidak sering menggunakan istilah itu.
Agama-agama timur sangat menekankan konsep ketiadaan, kekosongan, sekaligus keutuhan. Konsep ini ada dalam kata sunyi, sunyhat, shunya. Konsep ini ada pada bilangan nol. Berarti ini menjelaskan bagaimana Tao, Konfusius, Buddha, dan kepercayaan lain memahami hubungan antar alam semesta dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari akibat adanya intweraksi antara manusia dan alam semesta. Tao mungkin menggambarkannya dalam konsep yin dan yang. Bagaimana dengan konfusius?Buddha?dan keyakinan lain?apakah Tai Chi dan produk2 lain yang diciptkan dalam rangka mewujudkan keserasian dan keselarasan dalam kehidupan manusia, di sini mengacu pada konsep kesehatan jasmani dan rohani yang kita jumpai dalam praktik yoga atau semedi bertitik tolak pada bilang nol yang menggambarkan kesunyian sekaligus keutuhan?wuahh..ini sangat menarik. Ini New Age banget. Aku sukaa..
Sebaliknya, monoteisme menekankan bilangan satu. Satu yang menggambarkan bahwa Tuhan mereka adalah satu. Apakah pemahaman semacam itu yang menyebabkan orang2 dengna keyakinan seperti itu sulit menerima perbedaan?sulit membuka diri untuk lebih bijaksana dan terbuka mempelajari dan memahami tradisi-tradisi lain?
Hm..aku baru sadar, bahwa satu dan nol punya makna spiritual juga 

Sabtu, 26 Juni 2010

jelaga kah?

waktunya bersih-bersih
banyak jelaga yang menunggu untuk dibersihkan
tapi tunggu!
sungguhkah ini jelaga?

atau memang sesuatu yang muncul apa adanya?
akumulasi ketidaknyamanan yang tersimpan lama
yang diabaikan karena menganggap semua akan sirna
oleh tenggang rasa?

lima ratus hari berlalu
kesal itu menyeruak taktentu
jengkel itu mengerutkan keningku
marah itu nyaris meledakkan dinding-dinding hatiku

kembali
di lima waktu
saat aku menemui-Mu
kutanyakan lagi,"Tuhan,sungguhkah ini jelaga?"

Tak banyak yang kupunya
toleransi dan tenggang rasa itu modalku berbagi dengan sesama
namun, layaknya manusia biasa
aku taksempurna
hatiku sama dengan mereka
bisa terluka hingga kehilangan gairah untuk tertawa

Rabu, 23 Juni 2010

miris..tragis..

kabar dari ibu membuatku merasa sangat miris, sedih. kasihan ibu, kasihan yugo. sementara aku tak bisa berbuat apa-apa. Kenapa lek yudi bisa sesadis itu?
ke manakah nuraninya yang seharusnya diasah dengan baik dalam salat dan zikir yang setauku tak pernah terlewatkan olehnya?

Aku tau pasti kata-kata ibu sangat menyinggungya terlebih kalimat yugo yang sangat kasar dan melukai ahrga dirinya. Ya, pelajaran yang lain yg kuperoleh hari ini: mungkin lek yudi memang benar dikasih uang terus menerus sama lek Nur adalah fakta, tapi harga diri yang terluka karena mendengar lontaran kalimat itu dari ponakannya yang notebene pernah dia nafkahi semasa kecil dulu adalah hal lain. Kaliamt2 tajam itu dan kebengisan yang muncul kemudian, mengingatkan aku pada kalimat2 gun, "Monster di tubuhku dibangunkan oleh rapalan lidah tajam." Dan itu kutemukan dalam peristiwa yang dialami ibu dan yugo.

Aku bisa mengerti kemarahan lek Yudi yang meledak dahsyat, tapi aku juga bisa paham kenapa Yugo sampai mengucapkan kalimat itu. Kami semua marah, lelah, dan jenuh dengan kelakuan Lek Nur. Dia adem ayem di sana, sementara saudara2nya baku mulut dan dihantam hingga nyaris tewas. Tragis..keluarga besarku yang tragis. Namun, kebengisan itu tak bisa ditolerir. KOnyol kalau dia membela diri karena harga dirinya dilukai. Tolol karena dari perspektif mana pun tindakannya salah.

Sungguh, aku takkan memaafkan dia kalau adikku sampai tewas akibat cekikannya. Saat ini pun,meski aku sduah memohon kepada_nya agar memberi ablasan setinpal kepadanya, aku merasa tidak etis menyampaikan permohonan itu kepada Allah. KUganti dengan semoga Engkau menyadarkan dengan cara-Mu. Dalam dendam, kuharap kesadaran itu datang dengan cara yang sama pedih dan sakitnya....

Apa yang akan terjadi dengan keluarga besarku?Seharusnya setiap orang bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Karena setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Seharusnya kesadaran itu ada dalam hati setiap orang, sebab sia-sia berharap menemukan teladan, anutan, yang bisa dijadikan tempat bergantung.JIka itu tetap dijadikan alasan, bersiaplah menjalani hidup yang anarkis..

Jumat, 18 Juni 2010

Roman Picisan

Roman picisan adalah metafor yang kubuat untuk menggambarkan perasaanku terhadap kakak. Mengapa kupilih frase itu? Karena membuatku jadi termehek-mehek tak jelas. Namun, adakah perasaan termehek-mehek yang jelas?

Aku benar-benar lemah menghadapi ini. Ketika dia tak kunjung tiba dalam bentuk pesan singkat atau suara yang menjawab teleponku, aku merasa harus segera melepasnya dan memindahkan fokusku darinya. Bertekad melepas, bertekad menutup, bahkan-sekali pun pak guru melarangnya- aku menganggap melupakan dan menghapus berbagai hal yang berhubungan dengan dirinya adalah hal yang jauh lebih mudah ketimbang belajar memahami 'tepuk tanpa tepuk' itu.

Sayangnya, saat tekad itu kupancangkan, dia muncul lagi. pesannya datang, suaranya bisa kudengar lagi di telepon. Huaaaaahhhhhhhhhh...lagi-lagi ini selemah-lemahnya iman. Setelah itu, dia pergi lagi, aku menunggunya lagi dengan jutaan debar ketidaksabaran. Bukankah itu sangat melelahkan?dan kisah semacam ini, perasaan yang dipendam - tidak dipendam sebetulnya, dia tahu perasaanku. hanya aku yang masih meraba-raba bagaimana perasaannya sesungguhnya - hubungan yang tak jelas, harapan kosong tapi masih tetap dipertahankan, menurutku adalah gambaran roman picisan.

Sebetulnya, aku tahu apa yang harus kulakukan:berhenti dari kekonyolan ini. Namun, entahlah..tak semudah yang kukira. Pikiran dan hatiku tak bisa melepasnya begitu saja.Pak guru pernah bilang,"sampaikan perasaanmu dan lihatlah bagaimana reaksinya. supaya semuanya jeas dan kau terlepas dari kegundahan&kegelisahan itu." Aku tak berani melakukannya, sungguh. aku merasa dia akan pergi jika aku mengutarakan hal ini.Perasaan dan harapanku. Jujur, aku sendiri tak tahu apa yang sebetulnya kuinginkan darinya. Di satu sisi, aku peduli padanya, sangat menyayanginya, dan ingin menghabiskan hidupku dengannya. Sementara, di sisi lain, penilaian orang-orang terhadapnya, terutama mbak niar, sangat memengaruhiku. Aku sedikit curiga, agak tak percaya, sangat penasaran, hingga sampai pada taraf menyelidiki seperti apa dia sebenarnya.

Orang-orang itu menilainya tanpa pernah mengenal dia dari dekat. Itu yang membuatku tak bisa percaya 100 persen. Tak bisa percaya bukan berarti tak mempertimbangkan penilaian-penilaian itu. Aku merasa ada di persimpangan, antara harapan dan kekuatiran. Antara keberanian untuk terus emercayainya dan ketakutan kalau-kalau apa yang kupercaya itu salah.

Aku merasa sudah banyak hal yang terjadi antara kami. Banyak hal yang membahagiakan dan menyakitkan. Adakah dia merasakannya? Sekarang kami tak pernah membahas hal2 macam itu. hum..apa ya yang kami bicarakan sekarang ini?pasca teror G, kami benar2 membatasi diri, aku juga begitu. Semakin aku kuatir dia pergi, semakin aku tak berani bicara tentang kami, tentang perasaanku. Kondisi seperti itu membuatku lelah menduga2, membuatku sedih karena dugaan-dugaan itu hanya menciptakan hipotesis tak kunjung menjadi tesis.

Kapankah ini berakhir?kapankah hatiku bisa konsisten bersikap? Aku merasa sangat berjarak dengan masalahku setiap kali siapa pun datang curhat padaku. Aku menyarankan hal-hal realistis yang baik pada siapa pun yang datang. Menghiburnya dengan harapan-harapan yang konkret sehingga bisa membuat mereka tetap semangat dan berpikir positif. Sementara aku sendiri masih jauh panggang dari api...Ini tak proporsional meskipun Yuli mengatakan itu wajar...Bagiku seharusnya segala sesuatu suci sejak dari pikiran. Seharusnya aku mampu berjuang mewujudkan kesucian itu. lidah, hati, dan rasio seharusnya merupakan kesatuan. Itulah yang membuat hidupku menjadi lebih hidup!

Seharusnya begitu, realitanya?apa yang harus kulakukan?aku serba bimbang tak jelas hendak melakukan apa, memilih yang mana, memfokuskan pikiran pada apa?segala sesuatu berjalin kelindan di kepalaku. Aku tak berani melangkah!! Ayolah diri, kau tak beringsut sedikit pun dari masalahmu. Kau hanya berpindah dari saran yang satu ke saran yang lain. nasihat yang satu ke nasihat yang lain. taksatu pun yang berhasil membuatmu memutuskan langkah apa yang akan kauambil. Tak satu pun!! Kalau terus berlarut-larut, akan seperti apa hidupmu kelak?

Aku menegur diriku sendiri.Ini kejujuranku terhadap diriku sendiri. Aku harus fokus pada masalah. Fokus itu akan membuat pikiranku terpusat dan seperti apa yang pernah kubaca dan kutanamkan pada diriku sendiri bahwa alam semesta akan mendukung pikiran kita jika pikiran itu fokus pada satu hal, tidak berserakan tak karuan.

Jadi, mari mengurai masalah:
1. Hubunganku dengan Gun yang sudah sangat parah. Ego kami makin lama makin tinggi dan tak tersentuh oleh nasihat apa pun. Aku yang merasa sangat terluka akibat kdrt yang dilakukannya dan dia yang terluka akibat hubunganku dengan kakak. Dia mencoba memperbaiki diri dan menawarkan komitmen baru, kutolak mentah2. Ketika kucoba menerima itu, menjalani hidupku bersamanya dengan beragam perasaan taknyaman dan kerinduan yang meledak2 terhadap kakak, dia malah memutuskan untuk berpisah. Ketika giliranku menawarkan komitmen baru dan memperbaiki berbagai hal sembari mengakui kesalahanku, demi keluarga yang sehat secara psikologis untuk Lintang, dia menolaknya. Kuputuskan kembali pindah agar bisa mengurus Lintang lagi meskipun aku taklagi berkomunikasi dengan Gun. Benar-benar tak ada komunikasi, pun tak ada kontak mata lagi di antara kami. Ini benar2 tragis. Aku bersikap diam karena dia sudah memasang status it's complicated dalam accountnya di face book. Itu menyakitkan.Jadi, kuputuskan mendaftarkan gugatan ke pengadilan agama saja.

2. Aku tak boleh membawa Lintang karena dendam Gun pada kakak. Ini membuatku sangat cemas pada perkembangan dan pertumbuhan Lintang kelak. Aku tak percaya Gun bisa mendidik Lintang mengingat seperti apa karakter GUn. Terlebih dalam urusan agama. Gun nol besar. Aku harus perjuangkan lintang. Lintang menjadi alasan pertama dan terkuatku mendaftarkan gugatan ke pengadilan agama.

3.Tentang kakak.Nah, ini yang sulit buatku. Sangat sulit.Teori-teori Pak Guru dibantah olehnya. humm..apakah yang dimaksud pak guru ttg bulan dan matahari itu harus dirahasiakan juga ya?semoga bukan itu. Semoga yang dimaksud harus dirahasiakannya adalah firasatnya ttg aku dan kakak. tentang aku sebagai jawaban yang selama ini kakak cari. Yaa tentang aku yang harus memahami semesta dan merenungkannya. Butuh waktu sangat panjang memang. Aku tak tahu apa yang sudah disiapkan Allah ttg ini. Apa rencana Allah terhadap perasaanku pada kakak. Aku serba tak tahu. Yang pasti, pekerjaan rumahku adalah membaca, merenungi, dan memahami semesta karena di dalamnya jawaban itu berada. Oleh karena itu, aku tak boleh ngoyo, merengek-rengek padanya, menggangggunya dengan sms2ku, mengejarnya seperti rena adalah hal yang tak boleh dilakukan. Bersikaplah sewajarnya, diamlah secukupnya. segala sesuatu menjadi baik jika kita bersikap sak madyanya (bener ngga ya nulisnya?). Hari ini aku bisa mengendalikan perasaanku, kerinduanku. itu sudha cukup. harus dipertahankan dengan cara jangan menghubunginya dulu. Mulailah dalam seminggu ini, lalu sebulan, dua bulan.Cobalah dan aku akan memberi reward bagi diriku sendiri jika berhasil melampaui sebulan penuh tidak menghubunginya.Bismillahirrahmanirrahiim.Kesalahanku adalah selalu tidak berhasil menahan diri untuk tak menghubunginya lagi. Aku punya banyak teman, jadi janganlah bergantung hanya padanya..

Rabu, 16 Juni 2010

Rabu, 16 Juni 2010

aku ini sedih melulu.sedih ini sedih itu.kuatir ini kuatir itu.Sebetulnya aku tak sepositif thinking yang dikenal orang-orang. aku juga sering pesimis. persentasenya mungkin sama besar dengan optimis yang kumiliki. naik turun, datang pergi. itulah mengapa aku membutuhkan para sahabat. mereka yang selalu punya energi positif untuk dibagi. Memang, kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan sendiri, diciptakan sendiri. namun, keberadaan orang lain juga bisa membantu kita memperjuangkannya, menciptakannya. Semampuku, kutegakkan hati.kuhalau sedih, kuhibur hati yang jatuh bangun taktentu. ada kalanya berhasil, ada kalanya perlu uluran tangan orang lain.Uluran itu tak selalu berupa bantuan. ada sahabat yang kuhubungi untuk bercerita hingga tuntas ttg apa yang kurasakan, tetapi sekadar berbincang tentang apa saja, hal-hal sederhana, mendengarkan kisah mereka tanpa harus membagi kisah hidupku sudah bisa melegakan. Intinya, aku membutuhkan teman.

Di tengah kegalauan yang belum usai, aku memotivasi orang-orang di sekitarku. siapa pun mereka. Hm..motivasi yang kadangkala kusadari belum bisa kulakukan untuk diriku sendiri.Tak apa, ada kalanya si motivator berjarak dengan dirinya, berjarak dengan kisah hidupnya. Yang penting aku tak menyimpang dari kalimat-kalimat yang kusampaikan pada mereka yang datang bertanya kepadaku, mereka yang membutuhkan support dariku. Bagaimana pun, aku masih berproses sama seperti mereka.

Hari ini, kepalaku pusing sejak pagi. Pertama, karena bingung bagaimana membawa Lintang. Kedua, kabar kepastian tentang kepindahanku. Tentang Lintang, aku tak tahu jawabannya, tak tahu bagaimana akhir dari kisah ini, sebelum aku betul-betul melangkah ke pengadilan agama. Lintang juga berhubungan dengan rencana memindahkan aku ke cabang lain. JIka aku dipindah, bagaimana Lintang?aku tak mungkin membawanya karena memaksa membawa Lintang sama saja membangunkan monster yang mengerikan. Namun, membiarkannya tetap bersama gunawan berarti aku membiarkan Lintang tumbuh menjadi orang yang sama seperti si pendidik. Itu yang jadi beban pikiranku.

Sementara kepindahan itu sendiri sebenarnya cukup menyenangkan. Pergi ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, dan mengalami pengalaman baru. Ini menggairahkan.gairah yang diikuti harapan-harapan.semoga kacab di tempat baru lebih toleran, teman-teman baru yang menyenangkan,jika pun tidak, aku bisa membangun duniaku sendiri.Di saat semacam itu, aku bisa menerapkan filosofi:bukan penyendiri, tapi tak apa kalau harus sendirian.

Kalau benar aku yang dipindah, berarti benar pula firasatku bahwa Sukabumi bukan tempatku menghabiskan seluruh usiaku.sama seperti ternate dulu. Kota manakah selanjutnya?

Jumat, 11 Juni 2010

manusia tanpa iman, bukankah itu mengerikan?

Kalau teman-temanku di Jogja sana tahu atau mereka yang pernah berproses denganku di kegiatan mana pun itu tahu bahwa kali ini aku sangat concern terhadap kasus video ariel dan wanita-wanita itu, mereka pasti akan menertawakanku, menghina, dan meledekku habis-habisan. "ngopo kowe Gi, mikirno sing koyo ngono." Hahaha..geli sendiri sebetulnya, menyadari betapa aku punya curiosity yang tinggi terhadap apa yang terjadi pada idolaku itu :-D
Usiaku yang sudah menginjak kepala tiga ternyata tidak bisa menahan diriku untuk tidak terpesona dan masih bisa menggilai (ah, istilah ini terlalu lebay, tapi aku belum bisa menemukan istilah lain yang lebih tepat.mungkin nanti menyusul dalam pengeditan)artis.Menggilai artis menurutku konyol dan menggelikan. Namun, aku tak bisa juga menghindar dari pengalaman rasa semacam itu. Yah, meski sejak aku belajar Francis Bacon dan empat idol yang dia ketengahkan dalam Organum Novum (perantaraan baru untuk akuisisi pengetahuan). Menurut Bacon, kekaguman yang berujung pada pemujaan berlebihan disebut idol theathry. Menarik, kalau aku menarik benang merah antara ketertarikanku terhadap kasus ini dengan idol theathry-nya Francis Bacon. Namun, gimana menariknya ya? padahal aku sedang ingin membahas betapa musang berbulu domba sangat mengerikan. Paradoks topeng tak pernah bisa membuat orang sekitar nyaman.humm.. dan aku menjumpai orang-orang itu di berbagai tempat dalam perjalanan hidupku 30 tahun ini.

Jumat, 04 Juni 2010

happy or not, life must go on

Aku hanya ingin melepas ego, jika itu penyebab segalanya. mungkin banyak hal yang kuanggap benar, sebenarnya adalah kesalahan yang tak terdeteksi. aku tak ingin menyesali keputusan di masa depan. Tak ingin melihat lintang menjadi akibat dari kemarahan-kemarahan kami. aku ingin dia hidup dalam kebahagiaan, ketenangan, dan ketenteraman. Seperti bayi ikan paus yang berenang bersama ayah ibunya. sebagian besar hidupnya dilukai oleh kekerasan dan kesedihan yang lalu lalang di depan matanya. Dalam beberapa fase perkembangannya, Lintang sedikit lebih tertata dibandingkan anak-anak seusianya. Kukira bukan karena dia berkembang lebih dewasa, tetapi karena peristiwa yang dialaminya membuat dia berbeda.

Pagi ini, aku mencoba mengatakan pikiranku, perasaanku. kuabaikan egoku, kemarahan, sakit hati, dan lainnya. Kuharap ada komitmen yang bisa dibangun kembali, ada perubahan yang bisa sama-sama kami lakukan demi hidup yang lebih baik. Demi keluarga sehat secara psikologis untuk Lintang. Namun, dia mematahkan semuanya. ketakutannya yang -menurutku- konyol membuatku menghapus harapan. benar juga, tak ada yang bisa diharapkan darinya. aku pun tak bisa hidup dalam ketakjelasan kondisi macam ini. pulang ke rumah dan tak jelas menempatkan dia seperti apa, seperti dia yang tak jelas seperti apa menganggapku, sementara dia menuntutku memenuhi kewajibanku sebagai istri. Apa ini?konteks sebagai apa? pikiran-pikiran itu sering muncul dan tak menemukan jawabannya. aku gerah dan sangat tidak nyaman dengan hidup seperti ini. Kalau Yayu meminta aku yang berkomitmen sendiri dan tak perlu berharap padanya, sama seperti Lia yang menyarankan supaya aku menelan ketidaknyamanan asal tetap bersama Lintang, sungguh aku tak bisa. ketidakmampuan ini disebabkan oleh ketidakyakinanku terhadap dia. adakah dirinya akan berubah?adakah perenungan2nya didasari oelh kerendahan hati?jawaban-jawabanny pagi tadi masih menunjukkan kalau dirinya tak berubah. merasa benar.
Aku mungkin akan meninggalkan mereka jika tak ada perubahan yang berarti. Aku butuh komitmen yang sama,yang bisa saling menguatkan untuk melangkah ebrsama. JIka tidak, aku putuskan membangun hidupku sendiri. Dengan seluruh rasa sakit, aku akan melepas Lintang. Takkan kuingat dan kutemui lagi. melepaskan untuk melapangkan. bahagia atau tidak bahagia hidupku saat ini, aku harus terus melangkah. melakukan sesuatu, menghasilkan karya bermanfaat untuk diriku dan orang lain.
Semoga....