aku ini sedih melulu.sedih ini sedih itu.kuatir ini kuatir itu.Sebetulnya aku tak sepositif thinking yang dikenal orang-orang. aku juga sering pesimis. persentasenya mungkin sama besar dengan optimis yang kumiliki. naik turun, datang pergi. itulah mengapa aku membutuhkan para sahabat. mereka yang selalu punya energi positif untuk dibagi. Memang, kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan sendiri, diciptakan sendiri. namun, keberadaan orang lain juga bisa membantu kita memperjuangkannya, menciptakannya. Semampuku, kutegakkan hati.kuhalau sedih, kuhibur hati yang jatuh bangun taktentu. ada kalanya berhasil, ada kalanya perlu uluran tangan orang lain.Uluran itu tak selalu berupa bantuan. ada sahabat yang kuhubungi untuk bercerita hingga tuntas ttg apa yang kurasakan, tetapi sekadar berbincang tentang apa saja, hal-hal sederhana, mendengarkan kisah mereka tanpa harus membagi kisah hidupku sudah bisa melegakan. Intinya, aku membutuhkan teman.
Di tengah kegalauan yang belum usai, aku memotivasi orang-orang di sekitarku. siapa pun mereka. Hm..motivasi yang kadangkala kusadari belum bisa kulakukan untuk diriku sendiri.Tak apa, ada kalanya si motivator berjarak dengan dirinya, berjarak dengan kisah hidupnya. Yang penting aku tak menyimpang dari kalimat-kalimat yang kusampaikan pada mereka yang datang bertanya kepadaku, mereka yang membutuhkan support dariku. Bagaimana pun, aku masih berproses sama seperti mereka.
Hari ini, kepalaku pusing sejak pagi. Pertama, karena bingung bagaimana membawa Lintang. Kedua, kabar kepastian tentang kepindahanku. Tentang Lintang, aku tak tahu jawabannya, tak tahu bagaimana akhir dari kisah ini, sebelum aku betul-betul melangkah ke pengadilan agama. Lintang juga berhubungan dengan rencana memindahkan aku ke cabang lain. JIka aku dipindah, bagaimana Lintang?aku tak mungkin membawanya karena memaksa membawa Lintang sama saja membangunkan monster yang mengerikan. Namun, membiarkannya tetap bersama gunawan berarti aku membiarkan Lintang tumbuh menjadi orang yang sama seperti si pendidik. Itu yang jadi beban pikiranku.
Sementara kepindahan itu sendiri sebenarnya cukup menyenangkan. Pergi ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, dan mengalami pengalaman baru. Ini menggairahkan.gairah yang diikuti harapan-harapan.semoga kacab di tempat baru lebih toleran, teman-teman baru yang menyenangkan,jika pun tidak, aku bisa membangun duniaku sendiri.Di saat semacam itu, aku bisa menerapkan filosofi:bukan penyendiri, tapi tak apa kalau harus sendirian.
Kalau benar aku yang dipindah, berarti benar pula firasatku bahwa Sukabumi bukan tempatku menghabiskan seluruh usiaku.sama seperti ternate dulu. Kota manakah selanjutnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar